Al Alamah Al-Habib Abuya
Hasan Bin Ahmad Baharun
(Pendiri Ponpes
Darullughah Wadda'wah)
A. Sejarah Kelahiran dan Sisilah Ust. Hasan Baharun
Al Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni
1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin
Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.
Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau
adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin
Baharun
B. Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun
Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah
ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi
sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
C. Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua
orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari
kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep
yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama
dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar
bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang
dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar
semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau belajar
dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid
kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya.
Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
D. Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
Disamping pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
D. Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
E. Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya
ke Masalembu untuk berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz
Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang
tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan.
Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak
pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak
mampu membayarnya.
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah
keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara
yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan
semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah
Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah
dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat
ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah yang beliau masuki untuk
berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh
masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk
berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan
sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati
dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat
peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang
masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya
hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir
untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan
perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi
masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum
tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada
masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada
orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena
keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan
orang yang tidak mampu membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian
memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan
mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang
beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah
berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi
dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik
yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan
tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa
dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan
melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan
atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau
dari tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas
permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh
untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan
beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah
walaupun telah menetap di Jawa Timur.
Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren
Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada
saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
F. Sejarah Pendirian Pondok dan Perkembangannya
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan
menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust.
Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat
kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri
berkembang dengan pesat.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini
menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang
sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13
rumah kontrakan.
Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy.
Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah
Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun
Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari
seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan
serta ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib
Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan,
istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran
mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi
sang suami. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah
ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang
hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang
dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420
H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan
oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
G. Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan apabila ketahuan ada santri memberi hadiah - uang atau membantu / menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan apabila ketahuan ada santri memberi hadiah - uang atau membantu / menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
H. Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Secara singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren antara lain.
Secara singkat akan kami uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep pendidikan yang dapat kami tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta realitas yang beliau jalankan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren antara lain.
o Apabila seorang kyai sudah mendirikan
pondok maka dia harus rela meninggalkan semua aktifitas dan hobinya yang ada
diluar pondok yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam membina
santrinya. Beliau mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren sebagai induk
ayam yang sedang mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan sarangnya
kemungkinan besar telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur tersebut akan
busuk.
o Untuk mendirikan pondok pesantren harus
dijiwai dengan ikhlas dan guru-guru yang akan mengajar harus diseleksi tingkat
keikhlasannya, sehingga tidak akan menularkan kepada santrinya ilmu yang tidak
ikhlas dan seterusnya. “Dan apabila diniati dengan hati yang ikhlas maka pondok
pesantren tidak usah khawatir akan datangnya murid sebab Allah akan
memproklamasikan/ mengumumkan kepada para malaikat untuk menanamkan kemantapan
pada kaum muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika ditanya sistem promosi apa
yang dipakai pondok sehingga sangat cepat perkembangan santrinya dan berasal
dari berbagai propinsi bahkan dari beberapa negara tetangga.
o Sasaran yang diutamakan dan mendapat
perhatian khusus dari beliau adalah :
§ Putra para kyai dan para habaib
khususnya yang memmpunyai pondok pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan
karena mereka sudah jelas ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan
agar mereka bisa menjadi penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren.
§ Putra-putra daerah yang disana jarang
ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti bisa pulang kembali untuk
berdakwah menyebarkan Islam dan merintis lembaga pendidikan/majlis ta’lim.
§ Putra aghniya, yang dengan masuknya
putra mereka di pondok dengan beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan
perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar dan sebagai
wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan harta mereka
serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang tidak mampu.
§ Putra-putri dari orang-orang yang
pernah berjasa dalam perintisan pondok .
I. Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama
Abuya Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan
luwes dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu
menjalin hubungan dan memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini
terlihat bahwa beliau mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam
perjuangan dan dakwah Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam
perintisan dan pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari
kalangan NU maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan di Pasuruan beliau secara
aklamasi di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau
pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan betapa
kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini sangat wajar
karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau meluangkan waktunya
untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai pondok besar mulai dari
Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun hubungan beliau dengan
ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama besar Timur Tengah
sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan dengan Abuya Sy. Muhammad bin
Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid
Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah
ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke
beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik
dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap
kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya. Bahkan
Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri Abuya Sayyid
Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah. Dengan pandangan hati Abuya
memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok pesantren serta setelah perkembangan
pondok cukup pesat beliau pula yang menyuruh agar pondok yang asalnya
mengontrak rumah di Bangil agar pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil
(lokasi pondok sekarang) dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci.
Selanjutnya Abuya Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau
dan sekaligus untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh
Sayyid Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para
aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut penuturan Abuya Ust. Hasan Baharun bahwa apabila
beliau ke Makkah beliau memperlakukan dirinya sebagai santri Abuya Sayyid
Muhammad dan mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah guru beliau di samping
Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun demikian Abuya Sayyid
Muhammad memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan sebagai ulama bahkan beliau
diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon untuk memudahkan urusan.
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya
Ust Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri
Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid
Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had
Dalwa seperti Ust. Ihya
Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh
Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust.
Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian
pula Abuya Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa
selain para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo,
Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di
Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi
perkembangannya.
• Hubungan dengan Ulama Hadromaut
Hubungan Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut
bermula ketika beliau berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama
disana. Melihat tradisi salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau
tertarik untuk mengirimkan santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang
dipimpin para masyayikh di sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan dengan
para ulama Hadramaut Yaman semakin baik sampai kewafatan beliau bahkan
diteruskan oleh penerusnya (Ust. Zain Hasan Baharun) sampai sekarang.
J. Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi
karena urusan lembaga pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri
sendiri tanpa keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi
pemerintah. Oleh karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam
kerangka kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta perjuangan bukan
termotivasi atas kepentingan pribadi.
Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”.
Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”.
Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat
adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada
permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan
keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin
mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin
dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten
Pasuruan.
Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang
ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan
kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu
berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum
muslimin.
K. Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun
sangat perhatian dengan masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat,
apabila ada waktu beliau senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun
hanya sebentar dan beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama
dua puluh empat jam bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui
beliau di kantor pondok karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam sampai
pukul 10 malam berada dikantor untuk melayani kepentingan santri, wali murid
dan masyarakat umum. Hal ini terbukti setiap hari dan setiap saat banyak
masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang untuk bertanya
masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan biaya sekolah, bantuan
pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial, minta biaya pengobatan
bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang untuk mengambil jatah
kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
L. Perhatian Ust. Hasan Baharun terhadap Pengembangan dan
Penyebaran Bahasa Arab
Ust. Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar
terhadap pengembangan dan pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak
mengarang kita-kitab yang berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus Bahasa
Dunia Al ‘Ashriyyah, Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab, Kalimatul Asma’
Al Yaumiyyah dan Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40 Kaidah-kaidah Nahwu
(Pengantar Ilmu Nahwu) serta beliau mewajibkan seluruh santri dan para
guru untuk senantiasa menggunakan Bahasa Arab.
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara
Lain
o Beliau sering mengisi seminar-seminar
di berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren serta berbagai lembaga
pendidikan untuk menjelaskan pentingnya Bahasa Arab.
o Mengirim beberapa guru dan santri untuk
mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok
pesantren.
o Menerima dan mengadakan kursus
Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren Darullughah yang terbuka untuk
umum serta beliau menangani sendiri setiap ada rombongan kursus dari
pondok-pondok dan perguruan tinggi.
o Senantiasa memberikan motivasi kepada
para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa Arab. Dan menyarankan agar
mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
o Senantiasa menyuruh guru-guru untuk
mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
o Mengawasi guru-guru agar menerangkan
pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya apabila diketahui menjelaskan
pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa selainnya.
M. Cita – Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan
cita-cita besar beliau yaitu ingin membuat organisasi yang dapat
menyatukan Ummat Islam. Karena beliau berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat
Islam banyak hal yang bisa dilakukan. Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di
Jakarta dan beliau berhalangan hadir beliau menitip surat kepada Ust
Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan
dari beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habaib, Ulama,
Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan satu wadah non politik yang
tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan beliau berjanji sanggup
meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan pondok kepada putranya Al-Habib Zain
Baharun sedangkan beliau sendiri ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di
seluruh nusantara untuk mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut.
N. Sifat-Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust.
Hasan Baharun
Beberapa sifat yang menonjol Ust. Hasan yang
sudah sangat makruf di kalangan santri, dan guru-guru, kalangan habaib dan
masyarakat yang sering berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang
figur ulama sebagai pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat
sikap dan perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar
kita lebih jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh
sebagian peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan
sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi santri-santrinya
adalah sebagai berikut ;
• Sabar
Adapun salah satu sifat yang menonjol pada diri beliau
adalah sifat sabar. Kesabaran Ust Hasan sangat dikenal oleh semua
kalangan baik santri, dewan guru, pejabat dan orang-orang yang mengenal
beliau, Sifat kesabarannya sangat luar biasa sebagaimana kesaksian dan
cerita yang dilukiskan oleh Ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein
Baharun: “Hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia
tidak salah tidak pernah menjawab dan apabila difitnah dan diganggu orang
tidak pernah membalas dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan
sehingga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan fitnahan
tersebut.“ Begitu menurut penuturan Hb. Ahmad Baharun pada waktu Ust.
Hasan menghadap ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan baik dalam
membina dan membimbing santri serta menghadapi kenakalan santri dan orang-orang
yang mengganggu pondok.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang
memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk
untuk menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu
pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan
oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak
sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
• Istiqomah
Sifat Istiqomah Ust Hasan Baharun sudah tidak diragukan salah
satu tanda dari sifat tersebut tercermin pada aktifitas beliau sehari-hari
karena beliau bangun setiap pukul 02.00 malam kemudian Qiyamullail dan
membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul tiga malam bahkan untuk menjaga
keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang menjaga malam di pintu gerbang
untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di pos jaga tesebut tertulis
diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib membangunkan Ust. Hasan
tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh lebih atau kurang
).
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah
namun masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus
diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri di Bekasi
(di rumah Haji Yusuf) dan tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat
lelah, maka untuk menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan
kepada H. Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke
santri yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan
tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke
pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan
Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh
kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
• Tawakkal
Abuya Ust. Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa
sebagai suatu gambaran dari sifat ketawakkalan beliau adalah bahwa ketika
beliau mempunyai rencana untuk membangun gedung asrama santri berlantai tiga
pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter dengan dana awal sekitar lima
juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke maktab mengungkapkan rencana
tersebut barangkali bisa membantu, namun orang tersebut justru bertanya dengan
nada terheran-heran: “Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum
akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam
krisis moneter!” Kemudian apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan
Indonesia, negara lain khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis
moneter?” Sebuah umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau
melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan
sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita, apabila kitamengukur dengan
kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan
kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka kemampunnya
tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat memperjuangkan Agama
Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang
menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan
segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan
datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing
maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar
pula. Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan
Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan
tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya
membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana
untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI
tersebut merupakan proyek Allah SWT. dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata
niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus
disertai dengan banyak berdo’a.” Begitulah saran-saran beliau kepada para
takmir dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan Sangat Perhatian terhadap
Fakir Miskin dan Anak Yatim
Kedermawanan yang ada pada beliau tumbuh dan berkembang
sejak beliau karena hal tersebut sudah ditanamkam oleh aba dan kakeknya
sebagaimana kisah-kisah sebelumya sehingga beliau tumbuh dan berkembang
mempunyai jiwa sosial terutama memiliki kepedulian kepada para
ffakir-miskin dan anak yatim. Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya
adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian hari raya,
beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga
pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang
minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak mereka
kepada orang yang tak mampu.
• Ikhlas
Sebagaimana sering diungkapkan oleh beliau dalam menasehati
para santri dan para guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan
amal yang akan dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau
yang senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang
beliau laksanakan, termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti dari
keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama
pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut.
Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak
wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung
mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau
wafat.
Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
• Tawadlu’
Walaupun beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan
disegani, baik di dalam maupun di luar negeri, dan kebesaran beliau diakui oleh
Sayyid Muhammad sehingga pada saat beliau datang ke Mekkah di majlis ta’lim
Sayyid Muhammad diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan / taujihat pada
jamaah haji dan para ulama sedunia yang berkumpul di majlis tersebut, dan juga
dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di Yaman beliau senantiasa mengelak ketika
diminta untuk memberikan sambutan, tetapi pada kunjungan yang terakhir beliau
mau memberikan sambutan namun tetap dengan sikap tawadlu’ beliau mengatakan
bahwa tidak bermaksud memberikan nasehat kepada yang hadir yang kebanyakan
terdiri dari para ulama dan auliya’, tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk
santri-santri beliau yang belajar di sana.
Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
• Kesederhanaan Pribadi Ust.
Hasan
Apabila orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan
orang tersebut sebelumnya belum mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan
menyangka bahwa ust Hasan adalah Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani
karena beliau memang mempunyai penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang
dipakai sehari-hari di dalam pondok dan ketika keluar pondok biasa-bisa saja
yaitu memakai gamis dan kopyah putih tanpa imamah dan rihda kecuali apabila
beliau akan menyampaikan ceramah atau menghadiri majlispertemuan yang harus
menampilkan sebagai sosok untuk menjaga kehormatan dan kebesaran
serta kewibawaan Ulama. Maka beliau akan berpakain lengkap dengan jubah
kebesarannnya.
Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
O. Kesaksian Dan Komentar-komentar Ulama, Tokoh Masyarakat
dan Dewan Guru tentang Ust. Hasan Baharun
Kesaksian Para Ulama, Pejabat dan tokoh masyarakat tentang
utadz Hasan baharun antara Lain adalah sebagai berikut :
1. Kesaksian Abuya Syd. Muhammad Bin Alawi
Al-Maliki Makkah
Kesaksian Abuya Sayyid Muhammad ini sering terlontar ketika
beliau mengajar murid-muridnya, beliau mengatakan bahwa: “Apabila kamu ingin
mencontoh kesabaran, jiwa perjuangan dan tawakkal, maka contohlah Ustadz Hasan
Baharun.”
2. Kesaksian Habib Umar Bin Hafidz Hadhromaut
Yaman
“Ustadz Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali
hubungan antara Yaman dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun
lamanya dan beliau yang mulai mengirimkan santrinya untuk belajar di
Yaman sehingga semua pahala orang yang belajar keYaman akan kembali pahalanya
kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Ilallah Al-Ustadz Hasan Baharun.” Demikian
penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam ziarohnya
di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Ust. Hasan
3. Kesaksian Ust. Al Habib Ahmad bin Husein
Assegaf Bangil
“Ustadz Hasan Adalah Putra tebaik sejawa timur darii
keturunan Sadah Ba”alawi “ unkapan ini terlontar ketika beliau memberikan
sambutan pada acara pemakaman Ust. Hasan.
4. Kesaksian Ust. Sholeh Bin Sahl Jalan
Jawa Pasuruan
“Seandainya kamu tahu bahwa ada orang besar di Pasuruan
niscaya kamu tidak akan mendatangi saya.” Dan setelah beberapa hari kemangkatan
Ustadz Hasan beliau mengungkapkan kembali kepada tamu-tamunya bahwa yang
memegang Pasuruan telah tiada.
5. Kesaksian Bupati Pasuruan (Bpk Dade Angga)
“Walaupun Saya baru kenal terhadap Ust. Hasan seakan-akan
sudah lama mengenalnya beliau itu ibarat, Saudara, teman, Orang tua dan Guru
saya yang senatiasa menegur dan senantiasa memberikan nasihat yang sangat
berharga.”
Sumber: http://pp-dalwa.org/
Sumber: http://pp-dalwa.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar