Mimpi
Berjumpa Rasulullah saw – Habib MunzirMimpi Berjumpa Rasulullah saw
قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
سَمُّوا بِاسْمِي، وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ
رَآنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي
صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ
النَّارِ) صحيح البخاري(
Sabda
Rasulullah saw : “Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan jangan memakai
gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam tidurnya sungguh
ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu menyerupai diriku, dan
barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia bersiap akan
tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ
ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ
الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ
مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ
وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الْمُبَارَكَةِ…
Limpahan
puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan kebahagiaan
sepanjang waktu dan zaman, sebelum zaman dicipta hingga zaman dicipta dan
kemudian sirna, setiap generasi terlahir dan wafat kesemuanya di dalam
pengaturan Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, samudera segenap ketentuan dan
segala kejadian yang lalu dan yang akan datang berada dalam samudera
kelembutan-Nya, di dalam samudera kasih sayang-Nya. Sungguh Allah subhanahu
wata’ala sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, seandainya Dia tidak berkasih
sayang dan mau menghukum hamba-Nya sebab kesalahan-kesalahan mereka,
sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ
عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا
جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (
النحل (61:
”
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan
ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah
menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah
tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya” (QS. An
Nahl: 61)
Maka
jika Allah mau menghukum manusia karena kesalahan yang mereka lakukan, maka
mereka tiadalah akan tersisa lagi di muka bumi ini, namun Allah menunda setiap
nafas, setiap detik, dan hari demi hari (agar kita bertobat) hingga waktu yang
telah Allah tentukan, yaitu sakaratul maut. Allah bersabar menanti kita, Allah
bersabar untuk menunda siksa-Nya, dan tidak mau menghukum kita, Allah siap
melimpahkan kemuliaan hingga sepuluh kali lebih besar dari kebaikan yang kita
perbuat, bahkan hingga 70 kali lipat. Allah subhanahu wata’ala menuliskan satu
perbuatan dosa hanya dengan balasan satu dosa, namun perbuatan baik Allah akan
melipatgandakan balasannya dengan 10 kali pahala hingga 700 kali lebih besar,
demikian dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahkan dalam riwayat Shahih Muslim
bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan balasannya 10 kali lebih besar
hingga 700 kali dan lebih dengan kehendak Allah, berarti cinta kita kepada
Allah dibanding dengan cinta Allah kepada kita 10 kali lebih besar cinta Allah
kepada kita, bahkan 700 kali lebih besar dari cinta kita kepada Allah. Sekali kita
beribadah dan berbakti kepada Allah maka sepuluh kali Allah subhanahu wata’ala
berbakti kepada kita, maksudnya Allah berbakti kepada kita adalah mengganjar
dan membalas dengan kebaikan, menyambut dengan kehangatan, sebagaimana yang
dijelaskan di dalam kitab Taujih An Nabiih Limardhaati Baariih karangan guru
mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafidz, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi:
ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي
لِعَوْدَتِهِمْ ، وَمَحَبَّتِيْ فِيْ تَوْبَتِهِمْ ، وَرَغْبَتِيْ فِي
إِناَبَتِهِمْ لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى
الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي ، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ
عَلَيَّ…؟
“Wahai
Daud : Seandainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas
kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku
atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena
rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang
yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku
kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”
Apabila
mereka yang terus berdosa dan berbuat salah memahami betapa rindunya Allah
kepada mereka apabila mereka mau kembali kepada kasih sayang dan keridhaan
Allah, mau kembali kepada jalan keluhuran dan meninggalkan kehinaan untuk
mendekat kepada Allah, jika mereka mengetahui betapa besarnya rindu Allah
kepada mereka, betapa besarnya cinta Allah kepada taubat mereka dan betapa
hangatnya sambutan Allah untuk mereka yang mau kembali kepada-Nya, jika mereka
mengetahui hal itu sungguh mereka akan wafat di saat itu juga untuk menuju
kepada Allah karena tidak mampu menahan rindu kepada Allah, karena Allah telah
merindukannya, karena Allah telah mencintainya, maka mereka akan meninggalkan
segenap dosa dan tenggelam dalam taubat dan kerinduan kepada Allah. Kita tidak
mengetahuinya, namun paling tidak ada sedikit kefahaman di dalam jiwa dan
sanubari bahwa ada Sang Maha Abadi Yang menanti kita dengan kebahagiaan yang
kekal, Yang menyiapkan cinta, rindu dan sambutan hangat-Nya untuk mereka yang
mau membenahi dirinya, maka berusahalah dan Allah tidak memaksa lebih dari
kemampuan kita.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Sebagaimana
yang telah disampaikan oleh guru kita yang kita cintai, As Syaikh Amr Khalid
tentang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sampailah
kita pada hadits agung ini:
سَمُّوا بِاسْمِى وَلاَ تَكْتَنُوْا بِكُنْيَتِي
”
Berilah nama dengan namaku dan janganlah memakai kun-yahku “
Maksudnya
dengan nama beliau nabi “Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu
jika saya dimintai untuk memberikan nama maka pasti saya beri nama
“Muhammad…..”, dan ada kelanjutannya, saya tidak pernah memberi nama dengan
nama yang lain, walaupun nama nabi banyak namun sungguh nama yang terbaik
adalah “Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga banggalah kelak mereka
yang ketika dipanggil kehadapan Allah membawa nama nabi “Muhammad”. Namun
perintah memberikan nama dengan nama nabi bukanlah perintah wajib melainkan
sunnah menggunakan nama nabi “Muhammad”, dan Rasulullah melarang untuk memakai
gelar beliau. Para Ulama berbeda pendapat dalam hal kun-yah (gelar) ini,
sebagian mengatakan “Abu Al Qasim” dan larangan itu hanya ketika di masa
hidupnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun gelar beliau yang
tidak boleh digunakan hingga akhir zaman adalah gelar “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam”, karena gelar ini hanya untuk nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam dan para rasul, maka tidak boleh kita gunakan, namun gelar
“Abu Al Qasim” atau yang lainnya boleh digunakan tetapi setelah wafatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa? karena pernah terjadi dimana
seseorang di zaman Rasulullah memberi nama anaknya Qasim, maka si ayah
dipanggil dengan sebutan “Abu Al Qasim” dan Rasulullah pun menoleh maka ketika
itu Rasulullah melarang menggunakan gelar itu di masa hidup nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, namun di zaman sekarang tidak ada larangan. Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ
“Barangsiapa
melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan
tidak dapat menyerupaiku”
Sungguh
syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah, betapa indahnya wajah
yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru, menjadi
murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul kepada
saya tentang hal ini, “Habib, saya bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan, apakah itu
mimpi Rasulullah?”, iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang shalih.
Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa tidak ada
seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wata’ala
(orang yang dicintai Allah). “Habib, ada yang mimpi Rasulullah tetapi wajahnya
kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!”, apakah itu juga
mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang baiknya hati kita,
karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat banyak noda maka hasil
dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita bermimpi Rasulullah dalam
keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari Allah subhanahu wata’ala
untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani Ar di
dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang yang bermimpi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau, namun
hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para
shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al
Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah
ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi
memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu
dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia
lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena cermin
itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabi’in yang ingin
melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat
cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin
setelah melihat wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan di
dalam buku “Muhammad Insan Al Kamil” oleh Al allamah Al Musnid Al Habib
Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As
dengan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di
masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi
Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ
وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ (يوسف
(31:
“Ketika
perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona kepada (keelokan rupanya)
dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri, seraya berkata: “Maha
sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini adalah malaikat yang
sempurna” (QS. Yusuf : 31 )
Maka
berkatalah As Syaikh Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki Ar menukil salah satu
riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya 1 keindahan
dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian itu
ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena
indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan itu kelak
akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang
indah itu, amin.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan
dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata:
مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Kami
belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam”
Dan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang banyak sekali dan sangat
mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah makhluk yang paling
indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang
sahabat Ra berkata: “aku belum pernah mendengar suara yang lebih indah dari
suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga suara beliau membuat hati
luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala”. Dan Allah berfirman
dalam Al qur’an menyifati indahnya bacaan sang nabi :
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ
فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا ، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ
فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ( الجن : 1-
(2
“Katakanlah
(hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah
mendengarkan (Al-Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah
mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan
yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan seorangpun dengan Rabb kami” ( QS. Al Jin: 1-2)
Dan
Allah berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا
يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (
الجن : (19
“Dan
ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah),
hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya” ( QS. Al Jin: 19 )
Dijelaskan
di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri
dan membaca al qur’an dan di saat itu iblis melihat pintu-pintu langit ditutup
dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan, maka di saat itu iblis
berkata : “apa yang telah terjadi di barat dan timur sehingga kita tidak bisa
lagi menembus langit?!”, maka ketika mereka mencari di penjuru barat dan timur,
mereka pun menemukan cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang
berdoa dan membaca al quran al karim, dan cahaya itu membuat para jin
berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu kemudian mereka beriman. Dan
dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan lainnya bahwa di
saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh iblis untuk melihat apa
yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin mendengarkan suara indah yang
keluar dari jiwa yang suci dan khusyu’ yang merindukan Allah subhanahu
wata’ala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman. Oleh sebab itu, ketika salah
seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah) melihat aurat seorang wanita
dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa yang sangat besar dan ia pun
menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat
wajah beliau karena mata itu telah berbuat zina. Dan setelah beberapa hari
Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa hari Rasulullah tidak
melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra mendatanginya ke gunung dan
berkata kepada orang itu: “engkau dipanggil oleh Rasulullah”, orang itu
menjawab: “aku tidak mau melihat wajah Rasulullah, mataku tidak lagi pantas
memandang beliau karena telah berbuat dosa”, maka sayyidina Abu Bakr berkata:
“ini adalah perintah Rasulullah”, maka ia pun datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat
maghrib, dan ketika ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun
terjatuh dan roboh karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As
Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai
shalat, ketika orang-orang mulai berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya
tertunduk saja, maka Rasulullah memanggilnya dan berkata :”kemarilah mendekat
kepadaku”, ia mendekat hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata:
“wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah
banyak berbuat dosa”, maka Rasulullah berkata :”mohonlah ampunan kepada Allah”,
maka ia berkata: “aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang
sudah banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai
Rasulullah”, ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata :
“angkatlah kepalamu!!”, maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan
beradu pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan
menangis di pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka para sahabat pun kaget dan iri dengan orang itu karena
walaupun mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan
kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu.
Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang
Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan
Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7
kelompok itu adalah :
رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
”
Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya”
Maka
orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat. Dan saat di
surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat Allah
subhanahu wata’ala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata mereka
banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang menghalangi dzat
Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat: “mengapa kalian masih
menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah penduduk surga yang telah kuampuni
dosa-dosa mereka”, maka malaikat berkata: “wahai Allah, dahulu ketika mereka di
dunia mata mereka banyak melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang
keindahan dzat-Mu”, maka Allah subhanahu wata’ala berfirman: “angkatlah tabir
yang menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan
air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku”…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
…
Ucapkanlah
bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله
رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Semoga
Allah subhanahu wata’ala memulikanku dan kalian dengan keluhuran, dan
membimbing hari-hari kita dengan seindah-indahnya, amin. Malam ini kita akan
melakukan shalat ghaib untuk Al Marhum Al Maghfurlah Al Habib Syech bin Ahmad
Al Musawa dalam usianya yang sangat lanjut, beliau adalah ulama’ besar yang
murid beliau mencapai ribuan habaib dan kiyai, beliau tinggal di Klender selama
kurang lebih 10 tahun kemudian pindah ke Surabaya dan wafat pada hari Jum’at
yang lalu pukul 10.15 Wib. Dan yang tidak dalam keadaan berwudhu maka tidak
perlu berdesakan untuk berwudhu, cukup berdiri saja. Shalat ghaib ini juga
untuk syarifah Nur binti Abu Bakr Al Jufri dan juga untuk orang tua kita,
kerabat kita, dan sahabat kita yang telah wafat. Semoga Allah subhanahu
wata’ala memuliakan mereka di alam barzakh. Ayah bunda kita yang masih hidup
semoga dimuliakan dan dipanjangkan usianya oleh Allah subhanahu wata’ala, amin
allahumma amin. Dan imam dalam shalat ghaib nanti adalah guru kita fadhilah as
sayyid Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, dan juga saya mohon jangan
berdesakan dalam bersalaman nanti. Sebelum kita melakukan shalat ghaib, kita
tutup acara kita dengan qasidah yang mengingatkan kita kepada nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa bait, setelah itu kita melakukan
shalat ghaib kemudian doa penutup, tafaddhal masykura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar